Jumat, 22 Juli 2016

Pemprov Diminta Beri Perhatian Penderita Kanker Payudara di Lampung

Dokter Ahmad Ismatullah dari Yayasan Rabiah dan pendiri Komunitas Kanker Payudara pertama di Lampung. Jumat, 22/7/2016. | Arif Wiratama/Jejamo.com
Dokter Ahmad Ismatullah dari Yayasan Rabiah, meminta pemerintah Provinsi Lampung agar memberi perhatian bagi para penderita kanker payudara di Bumi Ruwa Jurai.
Pasalnya, selain harga obat yang mahal, jumlah peralatan kesehatan (Kemoterapi) di Lampung yang ada saat ini belum sebanding dengan banyaknya pasien penderita kanker payudara di Lampung.
Selain itu, Provinsi Lampung juga belum mempunyai peralatan kesehatan lanjutan seperti radioterapi dan hormonterapi untuk mengobati para penderita kanker payudara.
“Karena kami belum mempunyai alat kesehatan itu, akhirnya pasien dirujuk ke Jakarta. Kebanyakan para pasien menolak dirujuk karena alasan biaya dan tidak mempunyai saudara di Jakarta.” kata dr. Ahmad Ismatullah dari saat diwawancarai Jejamo.com, di masjid Al Mulk, RSUDAM, Jumat, 22/7/2016.
Ia menjelaskan, penyakit kanker payudara ini tidak memandang kaya atau miskinnya seseorang. Tetapi Kebanyakan, penderita kanker payudara ini berasal dari keluarga yang ekonominya menengah kebawah.
“Walaupun biaya pengobatannya gratis, tetapi bagi pasien yang akan dirujuk ke Jakarta kan pasti harus mempunyai uang lebih, untuk biaya hidup di sana selama pengobatan berlangsung,” ujarnya.
Ia berharap, pemerintah Provinsi dan BPJS kesehatan bisa mengcover semua biaya kemoterapi bagi pasien yang dirujuk ke Jakarta. “Kalau semua biaya sudah ditanggung, Insyaallah dapat mengurangi beban pikiran penderita kanker payudara, dan bisa membangkitkan semagat hidup mereka,”ujarnya.
Sementara itu, salah satu anggota Komunitas Kanker Payudara, Ibu Suharti mengatakan, pemerintah seharusnya dapat terjun langsung ke lapangan untuk melihat, mengetahui dan memperhatikan warga yang sedang membutuhkan uluran tangan di RSUDAM, khususnya penderita kanker payudara.
Karena, kebanyakan para penderita penyakit kanker payudara ini berasal dari orang yang tidak mampu. “Minimal, jangan mempersulit kami saat berobat di RS,” ujar Suharti.(*)

0 komentar:

Posting Komentar